Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan nilai tukar mata uang terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak hanya terjadi pada rupiah, tetapi juga terjadi pada mata uang negara lain. Salah satu mata uang yang melemah lebih dalam jika dibandingkan dengan rupiah adalah ringgit Malaysia.
Direktur Sustainable Development Indonesia, Drajad Wibowo mengakui, pelemahan nilai tukar mata uang beberapa negara memang sulit untuk dihindari karena adanya tekanan akibat gejolak perekonomian global.
"Pelemahan ekonomi memang suatu yang tidak bisa kita hindarkan. Karena memang kekuatan global sedemikian besar, membuat dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Dan betul yang dikatakan pemerintah bahwa banyak mata uang lain yang melemah lebih besar dari rupiah," ujarnya di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (29/8/2015).
Dia menilai, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini termasuk yang terparah dalam beberapa tahun kebelakang. Bahkan anjloknya kurs rupiah ini menjadi yang terparah setelah mata uang Malaysia, ringgit.
"Tapi persoalnnya buat kita sendiri pelemahan rupiah sudah terlalu besar. Apalagi sekarang rupiah menjadi mata uang berkinerja terburuk setelah ringgit.
Ringgit Malaysia telah menunjukan pelemahan dalam 10 pekan berturut-turut. Hal ini merupakan pelemahan terpanjang sejak 2013 lalu. Saat ini, ringgit telah terdepresiasi sekitar 25 persen dari posisi tahun lalu. "Jadi (rupiah) sudah merosotnya sudah 13 persen lebih," tandas Drajad.
Untuk diketahui, mata uang Malaysia Ringgit ditutup di level RM 4,2135 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat 28 Agustus 2015. Ringgit sempat sentuh level terlemah di kisaran RM 4,2430 pada perdagangan 24 Agustus 2015. Sepanjang 2015, Ringgit berada di kisaran RM 3,1415-4,2995 per dolar AS.
Kurs Ringgit pernah berada di posisi dengan level 17 tahun lalu, dan menjadi mata uang terburuk di kawasan Asia. Bursa saham Malaysia juga ikut tertekan. Indeks KLCI ditutup di level 1,613.80 pada perdagangan Jumat 28 Agustus 2015. Indeks KLCI sempat sentuh level terendah sepanjang 2015 di kisaran 1,532,14 pada 24 Agustus 2015. Dana investor asing keluar dari Malaysia pun mencapai lebih dari US$ 3 miliar sepanjang 2015.
Mata uang Ringgit merosot ke level terendah tersebut seiring kekhawatiran terhadap skandal politik memburuk. Selain itu, Perdana Menteri Najib Razak juga mendapatkan sorotan atas laporan Wall Street Journal adanya pemasukan dana sekitar hampir US$ 700 juta yang masuk ke rekeningnya. Hal ini berhubungan dengan dana investasi negara yang dililit utang yaitu di 1Malaysia Development Berhad.